Rabu, 04 Juni 2014

Kisah Sang Dewi
Sebuah karya dari :
Budi Setiadi Reswara
(102011020)

Goresan pena dari seorang Mahasiswa jurusan Manajemen
STIE KRIDATAMA BANDUNG



KISAH SANG DEWI
Oleh : Budi Setiadi Assegaff
Namaku Dewi Nuraeni, dan biasa di panggil Dewi. Aku adalah anak kedua dari seorang janda penjual ikan keliling yang biasa di panggil Bi Kilah. Aku adalah seseorang yang sangat sayang terhadap keluarga, apapun akan aku lakukan asalkan keluargaku bahagia.
Sejak kematian bapak tiga tahun yang lalu, hidup keluargaku susah. Emak menjadi tulangpunggung untuk mempertahankan hidup kami. Aku yang sudah cukup dewasapun memutuskan untuk hijrah ke bandung mencari rizki, dan aku tinggal di rumah saudara jauhku, Ceu Eti.
Sebulan sudah Aku tinggal di rumah Ceu Eti di Bandung. Aku merasa seperti di rumah sendiri karena Ceu Eti sangat baik terhadapku, sifatnya mirip dengan emak yang sabar dan lembut. Walau kadang aku juga merasa tak betah, karena anak Ceu Eti yang bernama Anton, sering sekali mencari gara-gara dan tampak tak senang dengan kehadiranku.
“Dewiiiiiiiii.. Cepat kesinii..” teriakan seorang lelaki yang tiada lain adalah Anton mengagetkanku.
“Iya sebentar..” aku langsung mengham- piri sumber suara.
Di ruang tengah tampak Anton dengan wajah sinisnya memandangku seperti memendam kebencian. Entah apa salahku, dan entah mengapa ia jadi seperti ini padahal seingatku dulu Anton adalah anak yang ramah.
“Heh dewok, jangan malas-malasan ya ! Disini kamu itu Cuma numpang, gratis pula. Jangan samakan seperti dirumahmu. Kamu itu harus tahu diri. Dari pertama kamu tinggal disini yang aku perhatiin kamu itu kerjaannya cumin duduk, nonton, makan, mainin hp, emang kamu pikir disini hotel? Jangan so ngerasa jadi ratu kamu. Tuh lihat di dapur banyak piring gelas kotor, cuci sana ! Sekalian kamu cuciin bajuku di ember, jangan Cuma diam aja bisanya.” Bentak Anton dengan begitu kasarnya, ia bertolak pinggang dengan mata melotot dan tangan menunjuk-nunjuk, sungguh berbeda dengan Anton yang dulu ku kenal.
Akupun menuruti apa yang diperintahkan Anton. Mataku sedikit berkaca-kaca karena merasa sakit hati. Baru kali ini aku dibentak-bentak seperti itu, sedangkan emak dan bapak tak pernah membentakku seperti itu.
Akupun harus menyadari posisiku sekarang, aku disini hanya numpang dan aku harus bias menitipkan diri. Mungkin Anton tidak tahu kalau setiap hari aku selalu membantu pekerjaan rumah muali dari mencuci baju, cuci piring, memgepel, menyiapkan makanan dan lainnya. Anton tak tahu karena seharian ia bekerja dan tak ada di rumah. Dan ketika ia bertemu denganku yang ia jumpai aku selalu dalam posisi santai, istirahat, duduk nonton dan lainnya. Sehingga ia menganggapku hanya benalu di rumahnya.
Kalo Anton sudah marah-marah, ingin rasanya aku pergi dari rumahnya. Tapi aku tidak enak dengan Ceu eti yang sangat baik terhadapku dan sudah menganggapku seperti anaknya sendiri, karena anak perempuan Ceu Eti sekarang tinggal di panti rehabilitasi karena sebuah kasus.
                                          **********
      Hidup memang penuh liku-liku, tak mungkin aku menganggur terus, dan alhamdulilah dua bulan sudah aku bekerja di PT. Winggatex, sebuah perusahaan garment di kawasan bandung Selatan. Ini adalah pengalaman kerja pertamaku. Disini aku belajar bagaimana cara bekerja sebagai seorang tailor helper. Walau gajiku tak seberapa, aku patut bersyukur karena kini aku punya penghasilan tetap dan bias mengirimkan sebagian gajiku untuk dikirimkan ke emak.
      Yang membuatku betah kerja disini, selain rekan kerja yang solid, atasan yang baik, disini juga menemukan cinta. Cinta yang dulu kudambakan ternyata ku temukan di tempat ini. Aku berpacaran dengan seorang pria keturunan sunda-makassar yang bernama Dhani.
      Dhani adalah seorang machine maintenance yang handarl dan cukup terkenal di PT. Winggatex. Parasnya yang tampan , kulit putih dan berpostur tinggi menjadi daya pikatnya. Banyak sekali karyawati-karyawati pabrik yang tergila-gila padanya, beruntunglah aku yang bias jadi pacarnya. Dhanipun berkata beruntung bias memilik, karena memang walaupun aku gadis desa, di pabrik ini aku menjadi idola para pria dan aku sering di panggil “Dewi Mojang Mencrang” . ya banyak yang bilang Dewi dan Dhani adalah pasangan yang serasi, cantik dan tampan.
Walaupun hubungan kami masih seumur jagung, namun kami sudah yakin dan saling percaya satu sama lain. Bagiku Dhani adalah sosok pria ideal selain tampan, pintar, kata-katanyapun santu dan bias di percaya. Aku yakin Dhani adalah tipikal lelaki setia. Begitupun dengan Dhani ia sangat percaya kepadaku dan kami saling menyayangi.
Dhani pernah berjanji akan menikahiku jika tabungan yang ia miliki sudah cukup untuk meminangku ke pelaminan. Akupun sudah yakin dia cinta terakhirku, aku tak ingin kehilangan dia. Demi dia akan ku serahkan jiwa dan ragaku, aku ingin memiliki dia seutuhnya.
************
Semakin hari semakin cinta, itulah yang aku rasakan kepada kekasihku, Dhani. Hubungan kamipun semakin hari semakin mesra. Kami bagaikan amplop dan perangko yang kemana-mana selalu bersama. Aku sangat saying kepada Dhani yang sangat romantis.
Hari ini aku akan membawa Dhani ke rumah Ceu Eti sesuai permintaan Ceu eti tadi malam. Aku akan memperkenalkan Dhani kepada Ceu Eti dan Anton. Semoga saja Ceu Eti suka dengan Anton dan merestui hubungan kami. Dhani yang berpenamilan rapi dengan kemeja biru, celana jeans hitam, dan sepatu pantofel mengkilat, sangat terlihat kharismatik, aku yakin Ceu Eti akan suka dan menyetujui hubungan kami.
“Dhani Perkenalkan ini tanteku, Tante Eti. Dan Ceuceu, perkenalkan juga ini Dhani yang selalu aku ceritakan itu lho.” Kataku yang mulai memperkenalkan mereka.
Uluhhh Dewi, meni kasep pacarmu teh. Kalo ceuceu jomblo, pasti ceuceu naksir.” Canda Ceu Eti dengan tawa renyahnya.
Kamipun tertawa mendengarkan candaan Ceu Eti. Dhani tampak senang karena ternyata Ceu eti begitu ramah dan ada signal baik untuk hubungan kami.
“Dewi bikin minum atuh buat arjuna kamu ini. Bikin minuman yang manis, biar hubungan kalian tetap manis, hehe. Ceuceu mau berbincang berdua dengan Dhani, jangan cemburu ya.” Pinta Ceu eti dengan sedikit bercanda.
Akupun pergi ke belakang untuk menyiapkan minum dan pudding yang sudah kubuat sejak pagi. Aku berharap dalam perbincangan nanti akan di bahas tentang keseriusan Dhani untuk menikahiku. Aku berharap Dhani bisa meyakinkan Ceu Eti bahwa dialah yang terbaik untuk menjadi pendamping hidupku. Aku yang menyiapkan minuman di dapurpun terbuai dalam lamunan akan pernikahan yang kudambakan. Hingga…
Astagfirullohaladzim,, suara apa yang kudengar. Aku mendengar suara orang bertengkar, aku mendengar suara amarah Anton. Aku mendengar Ceu Eti berteriak, dan aku mendengar seperti ada kaca pecah. Ya Alloh apa yang terjadi, apakah Anton berbuat onar lagi.
Aku yang agak panik karena kaget segera berlari ke ruang tengah, aku takut sesuatu terjadi kepada Dhani. Aku takut calon suamiku itu di apa-apakan oleh si bengis Anton. Dan ternyata…
Ya Tuhan, benar saja dugaanku. Aku melihat Anton dengan kasarnya memukuli Dhani terus menerus hingga Dhani terpojok di sudut ruangan dan tak bisa melawan. Anton juga dengan garangnya menendang-nendang tubuh Dhani yang sudah tersungkur dan tak bias bangkit melawan. Sementara Ceu Eti hanya bias berteriak meminta Anton berhenti menganiyaya Dhani, namun apa daya Anton yang sudah tampak kesurupan itu, tak mau menghentijkan aksinya.
“Hentikaaaaaaaaaannnnn.” Teriakku sambil meangis sejadinya, aku tak tega melihat Dhani di siksa tanpa salah dan dosa yang ia lakukan. Aku tak kuasa dan ingin sekali kubalas perbuatan Anton.
Antonpun menghentikan aksinya dan dengan wajah penuh setannya ia dating menghampiriku yang bersimpuh dan menangis.
“Mulai sekarang, kamu tinggalin laki-laki yang bernama Dhani itu. Dia nggak pantas buat kamu.” Kata Dhani kepadaku, dari sorot matanya nampak ketidaksukaannya terhadap Dhani.
Antonpun pergi meninggalkan kami dengan wajah yang masih penuh emosi. Sebelum pergi ia sempat menghadiahi Dhani sedang satu tendangan lagi ke arah punggung. Iapun terlihat pergi dengan motor Kawasaki ninja hijaunya.
Aku masih dalam tangis yang amat deras, hancur hatiku melihat Dhani yang babak belur dan tampak darah segar di kepalanya.Entah mimpi apa aku semalam, sehingga kejadian ini terjadi.
                             **********
Setelah kejadian itu Dhani jadi sedikit berubah. Ia seperti marah kepadaku dan kadang seperti mencari-cari alasan untuk berpisah denganku. Aku mencoba memahami sikap Dhani, mungkin ia merasa bahwa cinta kami tak dapat di satukan karena terhalang restu keluarga.
Dan sejak saat itu pula, aku semakin membenci Anton. Tak pernah kami bertegur sapa satu patah katapun. Bagiku dia adalah setan yang tak bias melihat aku bahagia, dia hanyalah monster penghancur kebahagiaanku. Akupun sering berdoa supaya Anton cepat mati dan masuk neraka.
Entah mengapa Ceu Eti yang dulu ku kenal baik dan ramah kini seakan terpengaruh oleh Anton, dan ia melarangku untuk menjalin hubungan dengan Dhani. Sikapnya lebih protect dan melarangku pulang malam. Aku tak boleh keluar rumah tanpa seijin dia. Dan jika ketahuan aku berhubungan lagi dengan Dhani, ia akan mengusirku dan memutuskan tali persaudaraan antara kami.
Ya Tuhan, apa salahku sehingga hidupku terus-terusan menderita. Aku ingin merasakan kebahagiaan seperti oranglain. Kenapa ketika aku merasa bahagia, secepat itu pula ada badai yang menerjang dan berusaha memporak- porandakan semua, kadang aku lelah dan ingin bunuh diri.
Tanpa sepengetahuan Ceu Eti dan Anton, aku masih menjalin hubungan dengan Dhani. Aku ijin berangkat kerja, padahal aku pergi ke kosan Dhani. Ya, aku merasa bertanggung-jawab terhadap Dhani. Setelah kejadian pemukulan itu aku selalu datang untuk mengobati lukanya dan menemaninya seharian.
Bahagia rasanya ketika aku berada bersama Dhani, bisa mengurusinya dan menyiapkan segala keperluannya layaknya seorang istri.
Kini, dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore setiap hari aku selalu menemani Dhani, yang semakin lama semakin membuatku tak bisa lepas dari jerat cintanya. Aku semakin sayang kepadanya dan tak ingin kehilangannya.
Aku ingin sekali segera menikah dengannya, namun Dhani yang dulu selalu meyakinkanku untuk menikahiku, kini sering berkelit jika di tanyai tentang pernikahan. Ia berkata bahwa percuma menyatukan cinta dalam ikatan pernikahan tanpa restu keluarga, karena akan selalu terjadi perselisihan dan tak ada ketentraman.
Mendengar perkataan Dhani, aku kadang merasa sangat benci dengan keluarga Ceu eti yang telah menghancurkan hubungan kami dan menghalangi niat baik kami dalam ikatan pernikahan
***********
Pusing kepala ini, dan terasa mual rasanya ingin muntah. Aku yang baru saja sholat subuh segera menuju kamar mandi. Dan akupun muntah-muntah karena rasa tak enak di perut. Rasanya ada yang memutar perutku sehingga aku muntah-muntah.
“Dewi, kamu kenapa? Kamu sakit ya?” Kata Ceu Eti yang tiba-tiba datang mengham-piriku.
“Dewi cuma pusing dan mual ceu, mungkin maag Dewi kambuh.” Kataku yang tampak pucat karena masih merasa pusing dan mual.
“Oke, kamu istirahat dulu ya, ceuceu bawa dulu obat dan peralatan dokter ceuceu. Biar ceuceu tahu kamu sakit apa.” Kata Ceu eti yang membopongku ke ranjang.
Aku yang merasa tak enak badan inipun langsung berbaring dan mengistirahatkan tubuhku yang juga merasa lemas.
Ceu Eti, yang merupan petugas kesehatan di Puskesmas Baleendah inipun pergi membawa peralatan dokter dan  obat-obatan untuk memeriksa sakitku. Tak berapa lama, iapun datang dengan tas dokternya.
Ia memeriksa badanku dengan beberapa alat yang ia bawa, dari memeriksa tensi darah, hingga beberapa pemeriksaan kesehatan yang aku tak mengerti apa namanya.
Sejenak kulihat Ceu Eti mengerutkan keningnya, tanda ada sesuatu yang ia rasakan aneh. Dan kulihat ia menggelengkan kepala, tampaknya ada penyakit aneh yang menjeratku.
“ Siapa yang menghamili kamu Dewi?” Tanya Ceu eti yang membuatku tercengang kaget.
“Maksud Ceuceu?” Kataku yang merasa herah dengan pertanyaan Ceu Eti.
Ceu Eti, menatapku dalam, tiba-tiba matanya kulihat berkaca-kaca dan airmatanya pun jatuh. Ia memelukku erat.
“Kamu hamil Dewi. Kenapa kamu bisa melakukan hal itu, hukhuk.. Padahal kamu itu anak yang baik, anak penurut. Ceuceu ga mengira hal ini bias terjadi kepada kamu. Untuk kedua kalinya ceuceu harus menerima kenyataan yang serupa setelah Mery anak ceuceu yang juga hamil diluar nikah, sekarang kamu juga mengalaminya. Siapa ayah dari anak yang kamu kandung Dewi? “ Tanya Ceu Eti yang menangis tersedu-sedu.
Aku yang masih tak percaya dengan kenyataan ini, hanya bisa terbengong dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Entah kabar sedih atau kabar bahagia yang ku dapat pasalnya, aku bahagia bisa mengandung anak dari benih cintaku dengan Dhani, lelaki yang kucintai, sedihnya aku harus menanggung malu bahkan mungkin keluarga, teman dan tetangga yang akan mencemoohkanku, dan emak pasti sangat terpukul jika mendengar berita ini.
“Maafkan Dewi Ceu, Dewi sudah melakukan jalan yang salah dengan Dhani. Kami khilaf.” Jawabku dengan penuh sesal.
Memang sudah beberapakali aku melakukan hal yang dilarang bagi seorang muslim yang belum menjadi muhrimnya. Sebagai pembuktian cinta yang selalu Dhani pinta, akupun menyerahkan keperawananku untuknya. Hal ini kami lakukan pula sebagai jalan pintas, agar kami di restui menikah. Aku percaya, karena Dhani berjanji akan bertanggung jawab dan akan segera menikahiku.
Ceu Eti menangis sejadi-jadinya ketika aku mengaku kalau Dhani adalah ayah dari anak yang aku kandung. Ia tampak terpukul dan serasa disambar petir. Akupun menjelaskan bahwa Dhani akan bertanggung jawab dengan perbuatannya, ia masih tetap saja menangis dan menggeleng-gelengkan kepala.
“Kenapa kamu masih menjalin hubungan dengan dia Dewiii, hukhuk. Ceuceu kira kamu menuruti apa yang ceuceu minta untuk menjauh dari dia. Ceuceu tak rela.” Kata ceu Eri dengan suara tersedu karena menangis.
“Dewi sayang Dhani, ceu. Dewi ingin menikah dengan Dhani. Kami melakukan hal tersebut agar kami bisa dinikahkan.” Jawabku yang sebenarnya merasa bersalah.
“Dhani bukan laki-laki yang baik, Dewi. Dia adalah seorang bajingan, dia seorang bandar narkoba yang juga telah menghancurkan hidup Mery adikku.” Suara Anton yang tiba-tiba hadir di tengah-tengah kami.
“Kamu tahu kenapa waktu itu aku memukuli Dhani yang datang kemari. Karena dia yang membuat Mery sekarang berada di balik jeruji besi karena terjerat kasus narkoba. Dia juga adalah orang yang pernah menghamili Mery, hingga akhirnya Mery hampir meninggal karena berusaha menggugurkan kandungannya. Aku dan mamah tak ingin hal naas itu terjadi pula pada kamu, karena kami sayang kepada kamu, dan sudah menganggap kamu sebagai anak dan adik kandung. Dan kami sangat terpukul menerima kenyataan kamu dihamili oleh si bajingan itu. Apa yang harus kami katakan kepada Emakmu, apa ini salah kami yang tidak bisa menjagamu.Andai kamu bisa memahami sikap kami, kami protect karena kami takut kamu kenapa-napa, karena pergaulan desa dan pergaulan kota itu beda. Dan ternyata kamu salah dalam bergaul. Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur, sekarang semua terserah kamu.” Lanjut Anton dengan suara yang datar, kali ini Anton berbeda. Kata-katanya lebih lembut dan tampak kekecewaan dari sorot matanya.
“Aku tak peduli siapapun Dhani, aku sudah terlanjur sayang kepadanya.Aku percaya dia akan bertanggung jawab atas anak yang ku kandung.” Jawabku dengan tangis yang bingung, aku tak percaya dengan semua keburukan Dhani yang di ceritakan Anton. Bagiku Dhani adalah lelaki baik dan bertanggungjawab.
“Baik, sekarang kita susul ke rumahnya, kita bicarakan hal ini. Mudah-mudahan dia bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.” Ajak anton yang sungguh berbeda dari biasanya, kini ia tampak sangat bijak.
                                                     ***********
Aku, Ceu Eti dan Anton mendatangi kosan Dhani di kawasan Palasari Bandung. Kami akan meminta pertanggungjawaban Dhani untuk menikahiku. Anton dan Ceu Eti menunjukan rona wajah tak yakin akan pertanggungjawaban Dhani, namun aku tetap positive thinking bahwa Dhani akan segera menikahiku.
Kuketuk pintu kosan Dhani, dengan wajah yang sumuringah karena aku akan memberi kabar baik kalau anak Dhani sekarang ada dalam kandunganku. Aku yakin Dhani pasti senang mendengarnya, dan akan segera membawaku ke pelaminan.
Beberapa kali ku ketuk, tak ada yang membuka pintu bahkan terdengar sepi dalam kamar kosnya. Kucoba buka pintu, namun pintunya terkunci. Ada sedikit rasa waswas dihatiku, namun aku tetap mencoba untuk positive thinking.
Kulihat Ceu Eti dan Anton seperti memendam rasa cemas dan rasa bimbang. Berkali-kali aku melihat mereka menggeleng-gelengkan kepala seakan takut sesuatu yang mereka cemaskan terjadi.
Tanpa terasa sudah tiga jam kami berada di depan kosan Dhani, namun orang yang kami tuju tak juga menunjukan batang hidungnya. Berkali-kali aku sms tak ada balasan, dan ketika aku telponpun tak ada jawaban. Aku semakin cemas dan takut Dhani pergi meninggalkanku.
“Maaf, mau ke penghuni kosan ini ya. Keberulan orang yang tinggal di kamar kosan ini sudah pindah kemarin malam.” Kata seorang bapak-bapak yang tiba-tiba datang dan ternyata pemilik kos.
“Pindah kemana ya pak?” tanyaku dengan penuh rasa waswas.
“Kurang tahu neng, neng pacarnya yang sering datang ke sini ya? Bapak kira neng tahu Dhani pindah kemana.” Ungkap bapak itu.
“Dia ga nitip pesan apa-apa pak?”Tanyaku.
“Tidak neng, bahkan ketika pindahpun tak ada yang tahu, karena ia meninggalkan kosan ini malam-malam.” Jawab bapak itu.
Aku semakin panik, dan tak bisa kontrol diri. Aku terus-menerus menghubungi nomor ponselnya namun belum juga ada jawaban. Padahal ketika aku memberi dia sms tentang kandunganku, ia menyambut kabar itu dengan penuh sukacita. Ya Tuhan, kenapa Dhani menghilang begitu saja disaat aku sangat membutuhkan pertanggung jawabannya.
Ceu Eti tampak sedih, karena hal yang ia takutkan benar-benar terjadi. Dan Anton tampak marah, wajah dan matanya memerah dan terus-terusan dia menghisap rokok sebagai penenangnya. Namun kulihat tangannya terus mengepal-ngepal menahan emosi.
Ya Tuhan, semoga yang mereka takutkan tak benar-benar terjadi. Aku masih yakin dengan janji Dhani. Aku yakin dia akan bertanggungjawab atas anak yang ku kandung. Ku mohon bukakan hati Dhani agar segera mendatangiku untuk meminangku.
Dhani, dimanapun kamu berada aku berharap kamu tetap ingat dengan janji yang dulu kamu ucapkan. Aku tak mau mengandung tanpa suami, dan anakku lahir tanpa ayah. Semoga kamu mendengar isi hatiku, karena aku sayang kamu.
Handphoneku berbunyi tanda ada pesan masuk. Alhamdulilah, ternyata pesan yang masuk dari Dhani, akhirnya ada kabar darinya. Ku Buka pesannya dan ku baca. Pesan itu berbunyi,
“Dewi maafkan aku, aku belum bisa menikahimu. Tolong jaga anak yang ada dalam kandunganmu. Bukannya aku tak sayang, tapi aku harus pergi jauh dan tak bisa bersamamu lagi.”
Hancur hatiku, remuk jantungku membaca pesan dari Dhani. Bagai disambar petir rasanya aku harus menerima kenyataan Dhani yang ternyata tak bertanggungjawab atas semua yang pernah ia lakukan dan dengan seenaknya ia pergi meninggalkanku dan menelantarkan anak dikandunganku hasil buah cinta kami.
Aku langsung menelpon menghubungi nomor ponsel Dhani untuk meminta penjelasan. Namun nomor Dhani yang ku hubungi kini tidak aktif. Ya tuhan, ternyata benar Dhani adalah seorang bajingan.
Ceu Eti yang ikut membaca pesan di sms itu dan melihat ku menangis, tampak tak tega melihatku. Ia menunjukan kekecewaan yang teramat dalam. Ia memendam amarah yang tak tercurahkan, ia hanya bisa meluapkannya dengan airmata.
Aku memeluk Ceu Eti erat, aku tak kuasa menerima kenyataan ini. Rasa sedih, sesal dan amarah semua campur aduk menjadi satu. Aku merasa menjadi wanita bodoh yang dengan begitu mudah ditipu oleh cinta. Aku wanita egois yang tak mau mendengar pepatah keluarga yang sebenarnya amat menyayangiku. Mataku seakan dibutakan oleh cinta, cinta yang akhirnya menghancurkanku dan menghan-curkan masa depanku.
Kini masa depanku suram, keperawananku sudah hilang. Aku harus menanggung malu, karena mengandung tanpa suami. Begitupun dengan anakkuyang harus lahir tanpa ayah. Aku tak tahu bagaimana hidupku ke depannya. Aku merasa menyesal telah melawan semua larangan keluarga Ceu eti yang menentang hubunganku dengan Dhani.
Mereka yang semula ku kira jahat dan penghancur kebahagiaanku, tenyata mereka sebenarnya sangat baik dan ingin melindungiku. Dan ternyata memang benar, Dhani adalah seseorang yang brengsek dan mungkin benar apa yang Anton pernah katakan tentang masa lalu dani yang pernah menghancurkan kehidupan Mery, sepupuku.
                             **************
Hari demi hari berlalu, semakin hari perutku semakin besar. Usia kandunganku kini menginjak usia 8 Bulan dan tinggal menunggu 1 bulan lagi anak yang ku kandung akan lahir ke dunia.
Kenyataan hidup yang membuatku senang dan juga sedih, karena anak yang kulahirkan kelak tak berayah, tak tahu siapa yang akan dia panggil ayah atau papa. Aku juga takut kelak banyak orang yang akan memanggilnya anak haram.
Mungkin saja hal itu akan terjadi, anakku akan menjadi cemoohan orang. Bagaimana tidak, selama ini akupun jadi bahan gunjingan orang. Banyak yang memanggilku perek, pelacur, jablay dan semacamnya. Aku seakan wanita hina yang tak ada harganya.
Beruntunglah aku masih punya saudara yang baik,sebaik Ceu Eti dan Anton. Mereka masih mengizinkanku untuk tinggal di rumahnya sementara waktu selama aku masih mengandung. Mereka mengerti karena aku belum mau pulang ke Cililin karena belum siap menceritakan semua kejadian yang menimpaku kepada emak.
Sampai sekarang aku masih memendam benci yang teramat dalam kepada Dhani, ayah dari anak yang ku kandung. Aku tak sudi lagi jika harus bertemu dengan lelaki bajingan itu, lelaki yang telah menghancurkan masa depanku dan masa depan anakku. Bagiku Dhani adalah iblis pencari nafsu dan tak akan pernah aku maafkan semua kebiadabannya.
Entah mengapa aku masih belum bisa melupakannya, bayang-bayang saat masih memadu kasih dengannya masih terbesit dalam ingatanku. Dan aku merasa jijik jika ingat dengan apa yang pernah ia lakukan padaku.
Aku bangun dari lamunanku karena ku dengar ada orang yang mengetuk pintu. Aku membukakan pintu dan ada seorang ibu-ibu seumuran emak yang menanyakanku. Akupun mempersilakan ia masuk untuk mengetahui keperluannya terhadapku.
Kami berbincang dan lumayan cukup lama. Astagfirulloh, ia adalah ibunda Dhani, mantan kekasih yang paling ku benci. Sebenarnya aku ingin marah dan berteriak saat itu, namun aku tak kuasa dengan kelembutan ibu itu berbicara dan tak tega karena ibu itu sudah tua, akupun membiarkannya terus bicara.
“Neng Dewi, ibu cuman mau menyampaikan kalau kurang lebih delapan atau sembilan yang lalu tepatnya tanggal 14 februari, Dhani meninggal karena kecelakaan. Almarhum meninggal dalam perjalanan ketika hendak melamar Neng Dewi kesini. Dan Maaf, ibu dari pihak keluarga baru memberi kabar sekarang.” Ucap wanita tua itu lirih.
Aku hanya terbengong mendengar apa yang diucapkan wanita tua ini. Antara percaya atau tidak, kenyataan yang aku tak tahu bisa di percaya atau tidak. Dan ketika ibu itu menyebutkan Dhani meninggal pada 14 Februari beberapa bulan yang lalu, aku teringat ketika aku dan keluarga Ceu Eti datang ke kosan Dhani dan meminta pertanggungjawaban Dhani dan sms terakhir Dhani yang meminta maaf kepadaku dan harus pergi jauh dariku.
“Dhani sangat menyayangi Neng Dewi. Namun pada kenyataannya takdir Alloh yang memisahkan. Ini ada titipan buat Neng Dewi dari almarhum sebelum meninggal.”Ucap ibu itu yang memberiku sebuah kotak berwarna hitam.
Aku membuka kotak itu, dan di dalamnya terdapat kalung dan cincin permata dan ada selembar kertas bermotif bunga. Akupun membuka kertas itu dan membaca tulisan di dalamnya.



“Teruntuk Dewi Bidadariku,
Sejak aku mengenalmu, aku merasakan cinta yang sangat begitu dalam. Rasa cinta yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Bukan kesempurnaan yang ku harapkan, dan bukan kesenangan semata yang ku inginkan, tapi aku mencintaimu untuk memberi kebahagiaan.
Aku tahu cinta kita terhalang restu dari keluargamu, namun itu tak akan menggoyahkan cintaku padamu. Aku selalu berusaha memperjuangkan cinta ini dan berharap kekal abadi hingga aku mati.
Aku sadar masa laluku yang kelam, yang membuat keluargamu tidak setuju dengan hubungan kita. Namun perlu kamu tahu, semenjak ada dirimu, aku telah berubah 180 derajat. Kamu yang mengajarkan aku sholat, mengajarkan aku mengaji, mengajarkanku dekat dengan pencipta, kamu telah merubah hidupku menjadi lebih baik.
Dewi sayangku...
Aku tak akan pernah mungkin mengingkari janji yang dulu pernah kuucapkan kepadamu. Karena aku ingin kamu yang jadi pelabuhan cinta terakhirku. Aku ingin kita bersama sampai ajal yang memisahkan kita.
Sudah sejak lama, aku mempersiapkan pernikahan kita, namun aku tak pernah bicara padamu, aku sengaja merahasiakannya untuk memberikan kejutan istimewa kepadamu. Aku telah membangun rumah di desaku untuk tempat tinggal kita dan anak-anak kita nanti. Aku ingin kita menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, Wa Rohmah.
Dewi sayangku,..
Ketika aku menulis surat ini kepadamu, aku berada di rumah sakit. Pagi tadi mobil yang membawa rombongan keluargaku untuk melamarmu mengalami kecelakaan. Beruntung keluargaku masih selamat, tapi luka dalam dibagian kepalaku membuat aku harus berbaring di rumah sakit ini.
Aku senang ketika kamu mengirim pesan bahwa kamu mengandung anak kita. Rasanya ingin sejaki aku meminagmu dan menjadi ayah yang baik buat anak kita.
Dewiku..
Dokter sudah datang, hari ini juga aku akan di operasi. Aku sempat di vonis hidup tak lama lagi jika operasi ini gagal. Aku hanya berharap semoga ada keajaiban di balik semua ini, karena aku masih ingin bersamamu dan menyambut datangnya anakku.
Namun aku minta maaf, jika ini adalah hari terakhirku di dunia. Kamu pernah mengajar-kanku dalam Qur’an bahwa semua makhluk pasti jika sudah saatnya akan meninggal. Jadi tolong ikhlaskan aku jika aku meninggal pasca operasi ini.
Maafkan bila selama hidup, aku belum bisa membahagiakanmu. Tolong jaga anak kita.
Jika pesan ini tak sampai padamu, berarti aku masih hidup dan akan hidup untuk menyambut kebahagiaan denganmu. Namun jika pesan ini sampai kepadamu, berarti aku telah menghadap sang kholik dan mungkin ini pesan terakhirku.”
I Love you.....

Ya Tuhan, ternyata Dhani benar-benar menyayangiku. Dan ketika aku yakin kembali dengan cintanya, aku harus menerima kenyataan dia telah kau ambil terlebih dahulu dan meninggalkanku untuk selamanya. Masukkan dia dalam surgaMu, dan berikan aku ketabahan dalam menjalani hidupku kedepan bersama anak Dhani yang kukandung.***